Apakah Taiwan Akan Mengalami Nasib Yang Sama Dengan Afghanistan Ditinggal Oleh AS?
Bagaimana dengan Taiwan bersama rezim Chai Yin Wen (presiden Taiwan dari partai Ming Jin Dang)?
Oleh :Chandra Suwono.
Pengamat Sosial dan Budaya.
Pemerintah Amerika Serikat nampaknya serius mengakhiri misi militernya di Afghanistan, dengan menarik pasukan nya selambat lambatnya tgl 31agustus 2021, dan dari bulan Juli hingga saat ini hanya tinggal 600 personil nya yang masih dipertahankan di Kabul, ibukota Afghanistan untuk menjaga kedutaan AS dan area bandara untuk memastikan kondisi aman untuk evakuasi warganya.
Invasi militer AS ke Afghanistan, setelah peristiwa serangan teroris 9 september 2001 ke menara kembar World Trade Center/WTC di New York city, adalah untuk memburu pimpinan Al Qaeda, Osama Bin Laden yang dianggap bertanggung jawab atas serangan tsb, tapi justru koalisi Amerika yang melindunginya yakni Rezim Taliban di Afghanistan yang merupakan koalisinya dalam perang melawan Rusia. MISI GAGAL karena Osama bin laden justru terbunuh di Pakistan, 2 mei 2011,setelah diburu Amerika selama 10 tahun.
Invasi militer di Afganistan selama 20 tahun telah menyebabkan 2,7 juta orang mengungsi keluarga negeri, selain itu diperkirakan 66 ribu tentara Afghanistan yang tewas, sedangkan korban sipil hampir mencapai 47 ribu jiwa.
Di pihak Amerika Serikat militer yang tewas sebanyak 2.442 dan 1.144 Jiwa dari NATO koalisi AS.
Dengan menghabiskan biaya hampir 1triliun USD, Amerika dan koalisinya harus meninggalkan Afghanistan dengan menanggung malu yang luar biasa pada dunia dan melepaskan tanggung jawab begitu saja.
Dalam Invasi 20 tahun juga menyebabkan satu generasi di Afghanistan tanpa pendidikan resmi, alias buta huruf, kemiskinan dimana mana dan Amerika tidak akan mampu bertanggung jawab atas semua kerusakan yang dibuatnya.
Namun Amerika masih melakukan propaganda seolah olah Amerika sebagai pahlawan kemanusiaan, sedangkan pihak Taliban adalah pembunuh, teroris yg kejam melalui media-media yang dikuasainya.
Amerika tidak mampu untuk bertanggung jawab atas segala kerusakan yang ditimbulkan. Ketika kepentingannya tercapai, Amerika tidak akan peduli seberapa dekat Anda dengan Amerika dan seberapa kerasnya Anda bekerja untuk Amerika.
Seketika itu juga Anda akan ditinggalkan dalam kehancuran dan kesengsaraan. Terlalu banyak contoh yang bisa diambil seperti di Vietnam, Venezuela, Libya, Irak, Suriah, Yaman.
Dalam keadaan hancur lebur dan kemiskinan yang akut serta 90% rakyatnya buta huruf, Rezim Taliban yang baru meraih kembali kekuasaannya di Afghanistan merapat ke Tiongkok dan meminta pemerintahan Tiongkok untuk membangun kembali Afghanistan yg telah hancur disegala bidang akibat invasi militer amerika selama 20 tahun.
Tiongkok sebagai negara super power telah memainkan peran yang konstruktif dalam mempromosikan perdamaian dan Rekonsiliasi di Afghanistan.
Tiongkok berjanji, akan membantu Afghanistan dengan investasi disegala bidang untuk membangun kembali Afganistan pasca hancurnya akibat Invasi militer Amerika.
Dengan syarat rezim Taliban harus melakukan rekonsiliasi nasional termasuk dengan eks rezim boneka AS, karena tanpa adanya perdamaian dan stabilitas pembangunan tidak akan berjalan.
Tiongkok tidak akan memperdulikan ideologi Taliban Afghanistan yang kaku dan keras dengan hukum syariah Islam karena merupakan ideologi dan budaya bangsanya. Didalam pergaulan internasional Tiongkok memiliki prinsip hidup damai berdampingan dengan bangsa lain, tanpa mencampuri ideologi dan masalah intern bangsa lain.
Peristiwa di Afghanistan harusnya dapat menjadi perhatian, pelajaran dan peringatan yang serius untuk negara didunia ini yang masih mengharapkan sokongan dan perlindungan dari Amerika Serikat.
Karena Amerika tidak bisa dipercaya dan tidak bisa diandalkan, sesuai dengan karakteristik budaya kapitalis yang merupakan DNA nya dimana memiliki komponen kuat pada segi materialistik yang hanya mengacu pada kepentingan dan keuntungan dirinya saja.
Bagaimana dengan Taiwan bersama rezim Chai Yin Wen (presiden Taiwan dari partai Ming Jin Dang)?
Harus segera bangun dari mimpi basahnya yang mengharapkan sokongan dan dukungan dari Amerika untuk memerdekan Taiwan menjadi Republik of Taiwan dan memisahkan diri dari People's Rebuplik of China. Tidak mungkin Amerika akan berperang dengan Tiongkok hanya untuk kemerdekaan Taiwan tanpa kepentingan yg mendasar bagi Amerika.
Sebab Amerika tidak memiliki peradaban yang begitu welas asih, mengingat DNA kapitalis yang hanya berjuang untuk keuntungan sebesar besarnya. Sebuah peradaban yang kurang dari 250 tahun dan sepanjang sejarah nya penuh dengan pemerkosaan, perbudakan serta penjarahan.
Sejatinya Taiwan adalah bagian dari Tiongkok, sejak diketemukan nya pulau Formosa. Taiwan dimasa dinasti Ming (1368 - 1644) sudah menjadi salah satu propinsi di Tiongkok. Namun Taiwan harus diserahkan ke Jepang akibat kekalahan Tiongkok (dinasti Qing) dalam perang Sino-Jepang tahun 1895, melalui perjanjian Shimonoseki.
Maka praktis Taiwan dijajah oleh Jepang dari tahun 1895 - 1945. Namun Taiwan menjadi terlantar setelah perang dunia kedua, karena perang saudara didaratan Tiongkok antara Partai Komunis Tiongkok dengan Partai Demokrat Tiongkok (Kung Chang Tang vs Guo Ming Tang) berlanjut hingga tahun 1949.
Dan Partai Komunis Tiongkok/ Kung Chang Tang setelah menang dalam perang saudara dengan Guo Ming Dang meninggalkan masalah dengan membiarkan Jiang Kai Sek pemimpin Guo Ming Dang membawa serdadunya menyeberang ke pulau Taiwan sebelum terjadinya Rekonsialisi. Maka dikemudian hari, kebijakan ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan.
Amerika Serikat sebenarnya melanggar perjanjian Normalisasi antara AS dengan Tiongkok yang ditanda tangani Presiden Jimmy Carter pada Oktober tahun 1978 dengan tanpa ada rasa malu. Salah satu klausul perjanjiannya adalah : bahwa Amerika Serikat /PBB hanya mengakui Republik Rakyat China adalah wakil dari pemerintahan yang sah sedangkan Taiwan adalah bagiannya.
Bahkan sebelum terjadi pertukaran duta besar pada tahun 1972, PBB mengeluarkan resolusi resmi bahwa RRC secara resmi menjadi anggota tetap PBB mengantikan Taiwan, karena PBB hanya mengakui satu China didunia global.
Jadi sebenarnya Taiwan hanya dijadikan pintu masuk bagi AS dalam persaingan perebutan tongkat kepemimpinan global dengan Tiongkok, dan Taiwan hanya diperalat untuk menghadang/melawan kebangkitan Tiongkok
Kini, setelah isyu muslim suku Uighur di Xin Jiang dan isyu demokrasi di Hongkong tidak laku lagi dijual, maka AS memanfaatkan Taiwan.
Visi Taiwan merdeka dengan Republic of Taiwan adalah mimpi basah pemimpin Taiwan saat ini, Chai Yin Wen yang sesungguhnya masih keturunan Jepang. Mengapa mimpi basah? Karena pada dasar nya rakyat Taiwan pun merasa mereka adalah keturunan China, dan merasa satu kebesaran dengan Tiongkok.
Transformasi dan Reformasi Tiongkok dalam beberapa dekade ini yang menjelmakan Tiongkok dari negara miskin dan kumuh serta terbelakang menjadi maju modern dengan kekuatan ekonomi yang kuat dan sulit untuk ditiru atau dibendung.
Sesuai dengan karakteristiknya yg memiliki DNA Confusianisme serta berakar pada budaya peradaban berusia 5000 tahun, yang tua dan tinggi, Tiongkok dalam beberapa dekade ini telah banyak membantu negara-negara yang telah dihancurkan oleh hegemoni barat untuk dapat bangkit kembali.
Hal ini akan menjadikan Tiongkok sebagai negara super power (meski dengan pendekatan soft power) yang semakin besar pengaruhnya di dunia global untuk menggantikan hegemoni barat, yang mana reunifikasi Taiwan untuk kembali ke Tiongkok hanya masalah waktu saja.
Bagaimana pun juga pada saatnya, Taiwan juga pasti akan ditinggal oleh Amerika Serikat seperti Afghanistan hari ini. Ketika tongkat kepemimpinan global direbut Tiongkok dari hegemoni Amerika, maka Taiwan harus segera bangun dari mimpi basah nya
The End