Serangan Rudal Ahok VS Dugaan Korupsi Kasus RSSW

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Foto-INT/IST

Dalam situasi ini, sangat penting untuk menanggapi serangan verbal dari Ahok dengan bijak. Lawan politik sebaiknya menggali berbagai aspek kelemahan Ahok, dan salah satu yang signifikan adalah dugaan kasus korupsi dalam pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras (RSSW), yang kebetulan saya melaporkannya kepada KPK.

Oleh  : Sugiyanto (SGY)-Emik
Ketua Himpunan Masyarakat Nusantara (Hasrat)

 

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah menjadi sorotan publik akhir-akhir ini. Kader partai PDIP ini memberikan dukungan penuh dan tengah berkampanye untuk memenangkan pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Dalam berbagai pernyataannya, Ahok diduga kuat sering melakukan serangan verbal kepada Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Karakter Ahok memang terkenal sangat tegas dan meledak-ledak. Hal ini dapat membuat banyak orang merasa takut, dan serangan verbal yang dihasilkan oleh Ahok melalui berbagai pernyataannya berpotensi menciptakan dampak yang signifikan. Serangan verbal Ahok ini dapat diperumpamakan sebagai senjata rudal jarak jauh yang mampu menciptakan ledakan besar di berbagai tempat.

Situasinya telah berubah drastis, dan pilpres 2024 akan berlangsung pada 14 Februari 2024, hanya tinggal 5 hari lagi. Ahok, kini tampil lantang untuk mendukung Capres Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Lewat serangan verbalnya, seakan Ahok sedang gencar melakukan serangan mirip rudal jarak jauh. Dampaknya, kemungkinan bisa mengerus tingkat elektabilitas Capres lawan politik, termasuk mengakibatkan citra negatif terhadap Presiden Jokowi.

Jika Pilpres 2024 dianggap sebagai suatu perang politik, penerapan strategi perang menjadi sangat mendesak. Strategi yang efektif melibatkan pengamatan cermat terhadap gerakan lawan, penguasaan medan, serta koordinasi pasukan. Penggunaan intelijen untuk memahami kelemahan lawan dan penyusunan pertahanan yang bijak juga menjadi aspek krusial.

Dalam situasi ini, sangat penting untuk menanggapi serangan verbal dari Ahok dengan bijak. Lawan politik sebaiknya menggali berbagai aspek kelemahan Ahok, dan salah satu yang signifikan adalah dugaan kasus korupsi dalam pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras (RSSW), yang kebetulan saya melaporkannya kepada KPK.

Kasus RSSW ini merupakan fakta, bukan rekayasa, murni berasal dari hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Provinsi DKI Jakarta. Penanganannya dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Saat itu, masyarakat sangat berharap agar KPK dapat segera menetapkan tersangka atas dugaan kasus korupsi ini. Meskipun Ahok kemungkinan besar menjadi tersangka, hingga saat ini kasus ini tampaknya menghilang tanpa jejak.

Keinginan masyarakat agar KPK segera menetapkan tersangka sangat masuk akal, karena BPK menemukan indikasi kelebihan bayar sebesar Rp 191 miliar dari anggaran Rp 755 miliar yang digunakan untuk pembelian lahan di Jalan Kiai Tapa, Jakarta Barat, guna pembangunan Rumah Sakit Sumber Waras. Bahkan hasil audit investigasi BPK pusat menegaskan adanya indikasi kerugian uang negara senilai Rp 173 miliar.

Jika merujuk pada hasil audit investigasi BPK Pusat ini, seharusnya sudah menjadi dasar yang memadai bagi KPK untuk menuntaskan kasus Rumah Sakit Sumber Waras. Namun, kasus ini masih belum terselesaikan hingga saat ini. Publik menduga KPK enggan menuntaskan kasus ini karena diduga Ahok merupakan teman dekat Presiden Jokowi.

Namun, kini kondisinya telah berubah. Ahok diduga kuat telah dengan lantang menyerang secara verbal Presiden Jokowi dan Calon Presiden 2024 Prabowo Subianto. Untuk meredam serangan verbal Ahok dan menanggapi secara tegas, pihak lawan politik Ahok dan masyarakat dapat segera mendatangi KPK untuk meminta membuka kembali kasus dugaan korupsi pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras seluas 36.410 m2 (3,6 ha) dengan Yayasan Kesehatan Sumber Waras (YK SW).

 

The End.