Eksodus Kader Nasdem, Perindo Bisa Diuntungkan
JAKARTA, Dekannews - Fenomena pindah partai politik bagi seorang politisi maupun pemilih merupakan suatu hal yang wajar, terlebih menjelang Pemilu 2024.
Pengamat Politik Citra Institute Yusa Farchan dalam keterangannya Jumat (21/10) mengatakan, kecenderungan umumnya, orang akan mencari habitat politik yang bisa membuat dirinya "happy", nyaman dan tersalurkan kepentingan politik bahkan ideloginya.
Dalam sistem multi partai ekstrim seperti Indonesia, arus "keluar masuk" partai menjadi kelaziman tersendiri. Party Switching menjadi lazim di negara demokrasi multi partai.
Yusa mencontohkan, soal fenomena pindah dari Nasdem ke parpol lain pasca pencapresan Anies, menurutnya ini bagian dari konsekuensi logis yang diterima Nasdem terkait pilihan politiknya.
Ia menilai Nasdem pasti sudah berhitung soal itu. Hanya saja, efek elektoralnya tidak terlalu signifikan bagi Nasdem. Apalagi Nasdem sejauh ini kan terkenal agresif berburu tokoh-tokoh politik lain seperti pada pemilu 2019 lalu. Jadi kalau ada yang keluar, tentu ada yang masuk.
"Nah yang keluar Nasdem, mayoritas adalah orang yang tidak memiliki chemistry dengan Anies Baswedan. Bisa karena faktor ideologis, bisa juga karena faktor politik,"katanya.
Ia juga menilai kader atau pemilih Nasdem yang keluar, rata-rata memang bukan pendukung Anies, melainkan Ganjar atau capres lain.
"Nah kemana larinya mereka?, tentu partai-partai nasionalis yang tidak mendukung Anies lebih berpeluang mendapat limpahan,"terangnya.
Jika gelombang eksodus membesar lanjut Yusa, tentu ini menjadi kesempatan baik bagi parpol-parpol lain terutama partai-partai nasionalis seperti PDIP, Golkar, dan Gerindra untuk menampungnya.
"Bahkan, Perindo sebagai parpol non parlemen bisa memanfaatkan peluang ini karena Perindo berkepentingan lolos parliamentary threshold,"tandasnya.(tfk)