Yth. Bapak Presiden Prabowo: Saya Ciptakan Lirik Lagu Sindiran untuk Keadilan yang Hilang, Tinggal Saya isi Musiknya
SEBAGAI bentuk ekspresi dan keprihatinan, saya mencoba menuangkan gagasan ini ke dalam sebuah lirik lagu sindiran
Oleh : Sugiyanto (SGY)
Pada Senin, 30 Desember 2024, menjelang akhir tahun, saya menulis artikel berjudul “Video Viral Prabowo Soal Koruptor Sebelum dan Sesudah Menjadi Presiden RI: Demi Rakyat Sejahtera, Mungkinkah Presiden Diizinkan Intervensi Hukum?”. Sebelumnya, pada 26 Desember, saya juga menulis artikel lain berjudul “Peraturan dan Aturan: China Eksekusi Mati Koruptor Rp 6,7 Triliun, Indonesia Rugikan Negara Rp 300 Triliun, Hanya Dihukum 6,5 Tahun.”
Artikel-artikel tersebut menggambarkan perbandingan tajam antara hukuman bagi koruptor di Indonesia yang sangat ringan dengan hukuman mati yang tegas di Tiongkok. Saya berusaha menyoroti bagaimana keadilan terasa hilang di negeri ini, khususnya dalam kasus korupsi besar yang justru merugikan rakyat banyak.
Sebagai bentuk ekspresi dan keprihatinan, saya mencoba menuangkan gagasan ini ke dalam sebuah lirik lagu sindiran. Harapan saya, lagu ini nantinya bisa segera dilengkapi dengan nada dan musik yang tepat, sehingga menjadi karya yang lebih kuat dalam menyuarakan keadilan. Berikut adalah lirik lagu yang telah saya ciptakan:
Enaknya Koruptor Hidup di Nusantara
Enaknya, enaknya hidup di Nusantara,
Korupsi besar hukumannya ringan saja.
Enaknya, enaknya tinggal di negeri ini,
Ratusan triliun lenyap, mereka tertawa sendiri.
Enaknya, enaknya hidup di Indonesia,
Koruptor-koruptor masih bisa bersandiwara.
Enaknya, enaknya tinggal di negeri kaya,
Mantan koruptor pun bisa jadi pembicara.
Ini negeri subur, tapi masih banyak rakyat mengeluh.
Negeri kaya raya, tapi masih banyak rakyat hidup susah.
Hasil bumi melimpah dari sabang sampai marauke,
Tapi kesejahteraan rakyat hanya jadi mimpi.
Negeri ini punya emas, timah, dan permata,
Minyak, gas, tembaga, semuanya ada.
Namun masih banyak rakyat menderita, hidup tak sejahtera,
Kekayaan alam entah ke mana rimbanya.
(Reff)
Coba lihat China, kata Zhu Rongji,
Koruptor dihukum tanpa kompromi.
“Siapkan 100 peti mati,” katanya,
“99 untuk koruptor, satu untuk saya.”
Sejak 1988, China bangkit jaya,
Tapi Reformasi di sini, apa hasilnya?
Reformasi katanya membawa perubahan,
Nyatanya korupsi tetap merajalela di semua lapisan.
Ini negeri milik siapa sebenarnya?
Segelintir orang kuasai tanah dan harta.
Ratusan hektar dan triliunan rupiah,
Dari mana asalnya? Siapa yang bisa menjawabnya?
Dulu tanah raja dan sultan diserahkan,
Untuk negara, demi rakyat sejahtera.
Tapi kini, rakyat hanya harus wajib bayar pajak,
Pembangunan bergantung pajak dan utang negara.
Seharusnya rakyat tak perlu membayar pajak,
Jika kekayaan negeri diolah dengan bijak.
Hasil bumi Nusantara melimpah luar biasa,
Cukup untuk membuat rakyat bahagia.
(Outro)
Enaknya, enaknya koruptor di Nusantara,
Hidup nyaman di balik tirai harta.
Namun suara rakyat takkan pernah padam,
Untuk keadilan, kita akan bantu negara kejar koruptor meski harus ke Antartika, kita terus berjuang,
Semoga karya ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus memperjuangkan keadilan dan memberantas korupsi yang merugikan bangsa. Sejatinya saya membuat dalam bentuk puisi, tetapi saya lebih ingin menjadi sebuah lagu. Saya menantikan tanggapan serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan lagu ini.