Stafsus Gubernur : Hunian Vertikal Kebutuhan Mendesak, Sewa Terjangkau jadi Solusi

Jakarta, Dekannews - Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Cyril Raoul Hakim atau Chico Hakim menilai, pembangunan hunian vertikal merupakan kebutuhan mendesak mengingat adanya pertambahan penduduk dan keterbatasan lahan di Ibukota.
Hal itu sampaikan Chico mewakili Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang berhalangan hadir, dalam forum Balkoters Talk bertajuk 'Transformasi Vertikal di Tengah Tantangan Global' yang digelar di Pressroom Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (11/9/2025).
"Beliau (Pramono) menitipkan pesan penting bahwa transformasi hunian di Jakarta, khususnya hunian vertikal, adalah keniscayaan. Dengan pertumbuhan penduduk dan keterbatasan lahan, ini bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan," kata Chico.
Menurutnya, pembangunan rumah susun, apartemen rakyat, dan hunian terjangkau lainnya harus terus didorong agar warga tetap memiliki akses pada tempat tinggal yang layak.
Chico menekankan, kepemilikan rumah bukanlah satu-satunya solusi, karena skema sewa dengan harga terjangkau juga perlu diperkuat.
Dengan catatan, lanjut dia, dapat memberikan pilihan sesuai kemampuan masyarakat.
"Jangan sampai hunian vertikal justru harganya tidak jauh berbeda dengan rumah tapak," imbuhnya.
Mengutip pesan Pramono, lanjut Chico, bahwa Jakarta bukan lagi bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia, melainkan dengan kota-kota global.
"Karena itu, kita harus menyiapkan standar internasional, salah satunya lewat penyediaan hunian yang layak, manusiawi, dan terjangkau bagi semua warga," tuturnya.
Chico juga menekankan pentingnya peran media dalam menyosialisasikan program pemerintah, termasuk dari BUMD seperti Perumda Sarana Jaya yang sahamnya dimiliki Pemprov DKI.
"Media adalah mitra strategis. Dengan komunikasi yang baik, pesan pemerintah bisa lebih sampai ke publik,” ungkapnya.
Dalam momen itu, Chico mengapresiasi inisiatif Balkoters dalam menggelar forum yang mempertemukan masyarakat, pemerintah, dan DPRD.
Dia menilai kolaborasi ini penting agar program hunian terjangkau dapat diwujudkan lebih cepat dengan dukungan pengawasan legislatif, dinas terkait, serta partisipasi masyarakat.
"Dengan komunikasi yang baik maka pesan dan program pemerintah bisa lebih sampai ke masyarakat luas," pungkasnya.
Jawaban atas Keterbatasan Lahan
Sementara itu Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Ghozi Zulazmi, menekankan bahwa transformasi hunian vertikal di Ibu Kota tidak boleh dipahami sekadar membangun infrastruktur.
Dia mengingatkan, transformasi hunian juga harus memastikan kebutuhan papan, kelayakan hidup, serta budaya masyarakat di dalamnya terpenuhi.
Ghozi memandang, pembangunan hunian vertikal merupakan jawaban atas keterbatasan lahan dan tingginya harga tanah di Jakarta. Namun, menurutnya persoalan tidak hanya soal suplai rumah, melainkan juga kesiapan masyarakat untuk menerima konsep tersebut.
"Kira-kira masyarakatnya setuju enggak sih? masyarakatnya siap enggak? nah inilah yang akhirnya kami di DPRD sering bertemu dengan masyarakat mewakili dari masyarakat sendiri konstituen-konstituen kami atas keluhan tersebut," katanya.
Ghozi memberi contoh kawasan Cakung, Jakarta Timur yang dikenal padat, di mana generasi muda sulit memiliki pilihan hunian selain tinggal bersama orang tua atau mertua.
Akhirnya Pemprov DKI Jakarta menyuplai vertical housing, Sarana Jaya menyuplai Hunian Terjangkau Milik.
"Nah yang paling pertama adalah mindset dari masyarakat. Masyarakat sendiri kadang-kadang masih belum familiar dengan istilah vertical housing, kalau dibilang rusun baru mereka memahami," jelasnya.
Politisi PKS ini juga menyoroti kebutuhan rumah di Jakarta yang terus meningkat. Selain suplai, Ghozi menekankan pentingnya kualitas hunian dan keberlanjutan.
"Di kota global tidak cukup hanya membangun vertical housing, disebutkan lingkungan harus bersih nyaman dan berkelanjutan, dan yang paling penting satu, saya titip ramah disabilitas," tuturnya.
Dia menambahkan, hunian vertikal juga harus terhubung dengan transportasi publik agar penghuni tidak bergantung pada kendaraan pribadi.
Ghozi memandang, peran masyarakat juga penting dalam transformasi hunian. Dia juga menekankan, bahwa rusun harus dipandang sebagai ruang hidup manusia, bukan sekadar bangunan.
"Poin pentingnya adalah rusun itu bukan hanya sekedar struktur bangunan tapi rusun juga adalah manusia yang harus dibantu bukan hanya infrastrukturnya secara personal tapi juga orang-orang di sana kita hidupkan kembali," pungkasnya. (Zat)