Pertarungan Sengit Pilpres AS: Saya Prediksi Kamala Harris Raih Lebih dari 270 Electoral Vote dan Kemenangan Nasional
ARIZONA dan Michigan merupakan dua negara bagian yang dinilai krusial dalam pemilu kali ini. Kedua negara bagian ini menjadi medan pertarungan utama Harris dan lawannya, Donald Trump.
Oleh: Sugiyanto (SGY)-Emik
Penulis adalah simpatisan atau pendukung Kamala Harris for President dari Jakarta, Indonesia (Ditulis dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris)
Pagi ini, sekitar pukul 07.00-07.30 WIB di Jakarta, saya menyaksikan siaran langsung pidato mantan Presiden AS Barack Obama melalui platform media sosial X (dulu Twitter). Obama tampil memukau, menyampaikan pesan yang kuat untuk mendorong masyarakat Amerika Serikat, khususnya di Arizona, untuk memilih dan memastikan kemenangan pasangan Kamala Harris-Tim Walz dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden AS yang akan diselenggarakan pada 5 November 2024—hanya tinggal 18 hari lagi.
Selama lebih dari 30 menit, saya menyimak seruan Obama yang berapi-api. Menurutnya, sangat penting bagi warga Amerika untuk mendukung Kamala Harris, yang dipandang sebagai pemimpin yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan bangsa dan memastikan kemajuan bagi semua orang. Pesannya jelas: Harris adalah pemimpin yang tepat untuk membawa Amerika maju.
Kemudian, saya menonton pidato kampanye Kamala Harris sendiri, yang berlangsung di Oakland, Michigan, yang juga disiarkan melalui X. Harris, kandidat petahana, menghabiskan lebih dari 30 menit untuk memaparkan visi dan komitmennya untuk memajukan Amerika, dengan fokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Rencananya menekankan inisiatif utama yang bertujuan untuk memastikan kemakmuran bagi semua warga Amerika.
Arizona dan Michigan: Medan Perang Utama
Arizona dan Michigan adalah dua negara bagian penting dalam pemilihan ini. Keduanya telah menjadi medan perang utama bagi Harris dan lawannya, Donald Trump.
Tidak dapat disangkal bahwa pemilihan Presiden AS 2024 merupakan persaingan yang sangat ketat antara Kamala Harris dan Donald Trump. Dari berbagai jajak pendapat yang telah saya tinjau, persaingannya sangat ketat, dengan kedua kandidat menerima dukungan yang hampir sama di sebagian besar negara bagian.
Ada sekitar tujuh negara bagian yang pada akhirnya akan menentukan siapa yang menang, yang biasa disebut sebagai negara bagian yang masih belum jelas arah politiknya, di mana preferensi pemilih dapat berubah secara tak terduga. Negara-negara bagian ini meliputi Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin, yang semuanya saat ini sangat kompetitif.
Pemungutan suara awal telah dimulai di beberapa negara bagian utama, termasuk North Carolina dan Georgia, yang keduanya merupakan bagian dari medan perang ini. Dengan waktu kurang dari 18 hari tersisa hingga pemilihan, baik Demokrat Kamala Harris maupun Republikan Donald Trump bekerja keras untuk memenangkan hati para pemilih yang belum menentukan pilihan.
Sistem Pemilu dan Prediksi Saya
Namun, pemilihan umum AS tidak diputuskan semata-mata oleh suara terbanyak. Sebaliknya, pemilihan umum ditentukan oleh sistem Electoral College, di mana pemenang setiap negara bagian memperoleh sejumlah suara elektoral tertentu. Untuk menang, seorang kandidat membutuhkan setidaknya 270 dari total 538 suara elektoral. Suara-suara ini dialokasikan berdasarkan jumlah penduduk setiap negara bagian.
Saya sangat yakin bahwa Kamala Harris akan memenangkan pemilihan ini dan mengalahkan Donald Trump. Meskipun persaingan masih sangat ketat, saya yakin Harris akan menang pada akhirnya. Saya memprediksi bahwa ia akan memperoleh 270 suara elektoral yang dibutuhkan dan muncul sebagai Presiden Amerika Serikat berikutnya.
Pada awalnya, Donald Trump unggul dalam berbagai jajak pendapat, dan banyak yang memperkirakan ia akan dengan mudah mengalahkan Joe Biden, kandidat Demokrat sebelumnya. Namun, setelah Biden memutuskan untuk mengundurkan diri dan mendukung Kamala Harris, Partai Demokrat bangkit kembali. Dukungan untuk Harris tumbuh pesat, memungkinkannya untuk tidak hanya mengejar Trump dalam jajak pendapat tetapi juga melampauinya.
Saat ini, beberapa jajak pendapat menunjukkan Kamala Harris unggul tipis atas Donald Trump, dengan Harris mengamankan sekitar 51-52% suara dibandingkan dengan Trump yang memperoleh 48-49%. Meskipun selisihnya tipis, ini merupakan pencapaian yang signifikan bagi kampanye Harris-Walz dan Partai Demokrat.
Saya memprediksi bahwa Kamala Harris akan memenangkan pemilihan presiden yang sangat kompetitif ini melawan Donald Trump. Ia kemungkinan besar akan mengamankan lebih dari 270 suara elektoral yang dibutuhkan dan juga memenangkan suara rakyat, mungkin melebihi 51%.
Sebagai penutup, saya ingin mengutip Kamala Harris dari pidatonya pagi ini (waktu Jakarta) di Michigan: “Apakah kita percaya pada kebebasan, apakah kita percaya pada kesempatan, apakah kita percaya pada janji Amerika? Dalam pelukan kita, kita siap untuk memperjuangkannya. Dan ketika kita berjuang, kita menang. Terima kasih, Tuhan memberkati Anda.”