Pendidikan Karakter pada Anak Penting Demi Hindari Tawuran Demi Konten 

Ike Suharjo, juru bicara nasional DPP Perindo

JAKARTA, Dekannews  - Penyebab terjadinya tawuran antar remaja atau pelajar kian bermacam latar belakangnya. Biasanya, kenakalan remaja tersebut dipicu dengan saling ejek antar kampung atau antar sekolah.

Namun, dewasa ini terdapat alasan baru mereka melakukan tawuran yang meresahkan warga. Dua kelompok tersebut sepakat menggelar tawuran untuk memenuhi konten media sosial mereka.

Dua kasus terbaru yakni di Kabupaten Batang, Jawa Tengah dan Penjaringan, Jakarta Utara. Di Batang, satu remaja tewas akibat tawuran antara dua geng remaja tersebut dan 14 orang ditetapkan sebagai tersangka. 

Kemudian di Penjaringan, aksi tawuran mereka siarkan secara langsung di akun medsos dengan tujuan ingin dikenal masyarakat luas. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, dari aksi tersebut Polisi mengamankan 13 remaja dengan barang bukti dua buah celurit.

Juru Bicara Nasional DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Ike Suharjo menyatakan perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan tawuran remaja ini bertransformasi menjadi bermacam-macam bentuk. Salah satunya adalah tawuran yang dilakukan demi konten di media sosial.

Sebagai partai politik yang memiliki sensitifitas dalam isu sosial, perempuan dan anak, ada beberapa hal yang menjadi perhatian bagi Partai Perindo. Pertama, Ike menyebutkan, meminta Pemerintah melalui kementerian pendidikan agar sekolah memberikan pelajaran atau pengetahuan mengenai pentingnya menggunakan media sosial dengan bijak. 

"Lngkungan pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencegah pelajar menggunakan media sosial untuk tujuan negatif," kata Ike saat dihubungi, Senin (6/2/2023).

Kedua, pentingnya pengawasan dan perhatian dari orang tua dan guru. Berkaca pada kasus diatas bagaimana sekelompok remaja mencari perhatian. Remaja adalah usia yang membutuhkan perhatian dan figur yang teladan. 

"Kalau di rumah mereka tidak mendapatkan sosok figur yang teladan, mereka akan mencari sosok figur diluar. Bagaimana kalau lingkungan di sekitarnya negatif?," ujarnya.

Ketiga, Ike melanjutkan, meminta pihak kepolisian untuk aktif melakukan pengawasan media sosial sebagai upaya mencegah terjadinya tawuran. Karena, sebelum terjadinya tawuran, anak-anak melakukan provokasi maupun menggalang massa melalui media sosial. 

"Oleh karena itu, pengawasan di media sosial penting dilakukan untuk mencegah terjadinya tawuran," ucapnya.

Terakhir, Ike menjelaskan, pentingnya pendidikan karakter yang dimulai sejak usia dini. Tawuran merupakan suatu bentuk tindakan amoral apalagi sampai menimbulkan korban jiwa. 

"Jika anak-anak tidak diberikan pendidikan karakter sedini mungkin, bukan tidak mungkin remaja yang suka tawuran akan menjadi preman yang anarkis ketika dewasa nanti," pungkasnya. (tfk)