Pasca Gagal Pilpres dan Cagub: Apakah Anies Nangis Bombay dan Jadi Political Vagabond?
SETELAH sebelumnya kalah dalam pemilihan presiden (Pilpres) dan wakil presiden (Pilwapres) pada Februari 2024, Anies kini juga gagal maju dalam Pilkada 2024, khususnya di Jakarta.
Oleh : Sugiyanto (SGY)
Aktivis Senior Jakarta
Hari ini, Jumat, 30 Agustus 2024, menjadi hari penuh perenungan bagi mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan. Batas waktu pendaftaran calon gubernur (Cagub) dan wakil gubernur (Cawagub) resmi berakhir pada Kamis, 29 Agustus 2024, dan Anies gagal untuk turut serta dalam Pilkada, khususnya di Jakarta.
Pada detik-detik terakhir pendaftaran, sempat beredar kabar bahwa Anies akan maju melalui PDIP berpasangan dengan Ono Surono dalam Pilkada Jawa Barat. Namun, Juru Bicara Anies Rasyid Baswedan, Sahrin Hamid, menyatakan bahwa Anies tidak akan maju dalam kontestasi Pilkada Jawa Barat. Keputusan ini menutup pintu bagi Anies untuk berlaga dalam pemilihan kepala daerah manapun.
Dari keterangan Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta yang dipimpin oleh Wahyu Dinata, diketahui bahwa hanya ada dua pasangan calon yang mendaftar untuk Pilkada Jakarta. Mereka adalah Ridwan Kamil (RK)-Suswono yang diusung oleh koalisi 13 partai politik, serta Pramono-Rano Karno yang diusung oleh PDIP. Selain itu, terdapat pasangan calon dari jalur independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana.
Dengan berakhirnya proses pendaftaran ini, harapan Anies Baswedan untuk kembali bertarung di panggung politik Ibu Kota pun kandas. Kabar mengenai kemungkinan Anies maju di Pilkada Jawa Barat juga terbukti tidak benar. Kondisi ini mungkin bisa membuat Anies merasa terpuruk dan mengalami fase "nangis bombay," sebuah ungkapan yang mencerminkan betapa beratnya kekecewaan dan kesedihan yang mungkin dirasakannya.
Proses pencalonan Anies Baswedan dalam Pilkada ini menyerupai drama politik yang penuh ketegangan dan spekulasi, menarik perhatian berbagai kalangan masyarakat. Namun, realitas politik telah menempatkan Anies dalam posisi yang sulit. Setelah sebelumnya kalah dalam pemilihan presiden (Pilpres) dan wakil presiden (Pilwapres) pada Februari 2024, Anies kini juga gagal maju dalam Pilkada 2024, khususnya di Jakarta.
Dalam kontestasi Pilpres, Anies dikalahkan oleh Prabowo Subianto, yang kini menjadi presiden terpilih Republik Indonesia periode 2024-2029. Kekalahan dan kegagalan ini memunculkan pertanyaan mendasar di kalangan publik: Apakah Anies Baswedan akan "nangis bombay" dan menjadi seorang "political vagabond," atau gelandangan politik, setelah semua ini terjadi?
Dalam konteks dunia poltik, hal tersebut mungkin saja terjadi. Sepertinya terdapat lima alasan logis yang mendasari kemungkinan tersebut.
Pertama, kemungkinan kehilangan dukungan politik yang kuat. Anies Baswedan sebelumnya didukung oleh partai-partai besar seperti PKS, Nasdem, dan PKB dalam kontestasi Pilpres. Namun, setelah kekalahannya, dukungan ini mulai melemah, terutama setelah koalisi mereka pecah dan tidak mampu mengusungnya di Pilkada Jakarta 2024.
Keputusan partai-partai besar untuk tidak mengusung Anies dalam Pilkada kali ini mungkin menunjukkan penurunan kepercayaan mereka terhadap kapasitas politik Anies, yang pada gilirannya boleh jadi membuatnya sulit untuk bertahan di panggung politik.
Kedua, kemungkinan terisolasi dari partai politik besar. Kekalahan dalam Pilpres dan gagal maju di Pilkada Jakarta mungkin menempatkan Anies dalam posisi yang terisolasi secara politik. Partai-partai politik besar yang sebelumnya menjadi kendaraan politiknya tampaknya kini enggan memberikan dukungan penuh.
Anies mungkin tidak memiliki basis kekuatan politik yang solid tanpa dukungan partai besar, dan hal ini kemungkinan berpotensi menjadikannya sebagai sosok yang "berkeliaran" tanpa arah yang jelas di panggung politik nasional.
Ketiga, kemungkinan sulit membangun basis massa yang kuat. Anies Baswedan telah menjadi ikon bagi sebagian kelompok masyarakat, terutama mereka yang mendukungnya dalam kontestasi Pilpres. Namun, kekalahan dalam Pilpres dan kegagalan pada pencalonan Pilkada, khususnya di Jakarta menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana loyalitas basis massa tersebut akan bertahan.
Keempat, kemungkinan terjebak dalam stigma kekalahan. Kekalahan dalam Pilpres maupun gagal Pilkada, mungkin dapat menempelkan stigma negatif pada diri Anies sebagai "pecundang" dalam dunia politik. Stigma ini sulit dihilangkan dan mungkin dapat menghambat peluang Anies untuk kembali maju dalam kontestasi politik di masa depan. Dalam dunia politik yang keras dan kompetitif, citra sebagai seorang yang kalah boleh jadi dapat menutup banyak pintu kesempatan.
Kelima, kemungkinan kehilangan daya tarik sebagai kandidat populer. Sebelum kekalahannya, Anies Baswedan dikenal sebagai salah satu kandidat populer yang memiliki magnet tersendiri bagi parpol dan juga di mata para pemilih. Namun, kegagalan di Pilpres dan gagal maju di Pilkada Jakarta 2024 tersebut mungkin dapat mengikis daya tarik tersebut.
Kandidat yang kalah berulang kali cenderung kehilangan pamor dari parpol dan di mata pemilih, yang mencari sosok pemimpin yang kuat dan berpotensi menang. Anies mungkin berisiko kehilangan daya tarik sebagai kandidat kuat di masa depan. Dengan rangkaian alasan ini, Anies Baswedan kini mungkin berada di persimpangan jalan dalam karir politiknya.
Masa depan politik Anies mungkin bisa jadi suram. Dia mungkin akan "nangis bombay" dan berpotensi menjadi seorang "political vagabond" yang terus mencari tempat di panggung politik tanpa dukungan kuat dan arah yang jelas.
Namun, bagi saya pribadi, Anies Rasyid Baswedan tidak akan "nangis bombay" dan juga tidak akan menjadi "political vagabond." Sebaliknya, dia akan merenung dan melakukan introspeksi diri. Anies kemungkinan akan mengoreksi segala kekurangan dan kelemahannya, sambil memperkuat faktor unggulan yang dimilikinya.
Nampaknya, dari kemungkinan ini, Anies bisa jadi lebih sukses di masa depan, termasuk kemungkinan mendirikan partai politik baru. Sebagai seseorang yang pernah mendukung Anies Baswedan pada Pilkada Jakarta 2017, saya tergabung dalam relawan Borobudur pendukung Anies Baswedan di bawah komando Bang Boy Sadikin, putra almarhum mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.
Dengan demikian, saya tetap akan memberikan dukungan dan semangat kepada Anies Baswedan agar terus berjuang dan bangkit demi karier politiknya di masa depan. Saya juga berdoa semoga Anies Baswedan senantiasa diberikan kesehatan dan keberhasilan dalam perjalanan politiknya yang akan datang.
Selanjutnya, apakah Anies akan mampu bangkit dari kekalahan Pilpres dan kegagalan maju di Pilkada 2024, atau justru tenggelam dalam bayang-bayang kegagalan, hanya waktu yang akan menjawabnya. Wallahu a'lam bisawab.