Pandai Bantu Korban Banjir Di Kalimantan

Fartahat Abbas, Ketua Umum Partai Negeri Daulat Indonesia (Pandai)-(Foto-Ist)

Jakarta, Dekannews- Ketua Umum Partai Negeri Daulat Indonesia (Pandai) Farhat Abbas mendesak pemerintah menertibkan investasi tambang yang memicu bencana alam di Kalsel. Pandai akan mengalang bantuan untuk membantu korban bencana alam di Kalsel. 

"Kita turut berduka atas bencana banjir di Kalsel. Warga Kalsel saat ini perlu pertolongan, baik jiwa raga, kebutuhan pangan-pakaian, dan tentu bantuan medis dan keuangan. Pandai akan mengalang berbagai bantuan untuk membantu warga Kalsel," katanya di sela-sela meninjau korban Banjir di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, kemarin.

Farhat mengaku sedih melihat sebagian warga di wilayah Kalsel, yang sudah sepuluh hari tergenang banjir bagai danau. Kata dia, baru kali ini terjadi panorama banjir yang demikian meluas itu di tanah Borneo itu. 

"Kita perlu menelusuri sejumlah faktornya. Dan lebih dari itu, bagaimana harus mengatasi banjir di wilayah yang dulu dikenal paru-paru dunia ini," katanya.

Menurutnya, banjir Kalsel fenomenal karena disebabkan kegiatan industri pertambangan yang mengekploitasi hutan dengan sangat ekstensif. Kerusakan itu bukan alami, tapi terjadi sistimatis, terencana oleh sejumlah kekuatan strategis. Pengrusakannya tidak hanya menebang pepohonan hutan untuk program hutan industri. "Tapi juga akibat kegiatan penambangan yang mengatasnamakan program investasi yang tak terkendali," katanya.  

Sekedar catatan, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan menunjukkan, pada tahun 2009 luas kawasan hutan Kalimantan Selatan sekitar 1.779.982 ha atau 48,3 % dari luas wilayah provinsi (3.685.855 ha). Data luas areal kehutanan tersebut mengalami perubahan signifikan. Dari 2009 hingga 2019, pengurangannya sekitar seluas 614.000 ha atau 34,5%. Jika dirata-ratakan, tingkat deforestasi hutan di Kalimantan Selatan sebesar kurang- lebih 60.000 hektare per tahun. Artinya, alih fungsi lahan di Kalimantan Selatan selama 2009 hingga 2019 memang sangat massif. 

Farhat menambahkan, alih fungsi lahan hutan konvensional masih bisa dimaklumi manakala arahnya untuk hutan tanaman industri. Namun, yang menjadi persoalan serius adalah alih fungsi hutan konvensional ke penambangan sumber daya alam. 

"Kita saksikan gerakan eksploitasi-eksploratif massif terhadap potensi Sumber Daya Alam (SDA) di Kalsel. Dan masivitas penambangan itu tak lepas dari potensi SDA yang ada di Kalimantan Selatan," ujarnya.

Diakuinya, potensi SDA di Kalsel memang cukup menggoda, karena nilai ekonomisnya sangat tinggi. Karena itu, tak sedikit investasi penambangan di arahkan ke wilayah itu. Dan diklaim atas nama kepentingan ekonomi nasional agar dapat memperoleh ijin eksplorasi.

"Sektor pertambangan perlu mendapat perhatian khusus pemerintah ke depan. Jangan sampai perlakuan eksploitatif yang berlebihan menjadi petakan bagi lingkungan. Banjir bandang yang menghantam wilayah Kalsel saat ini adalah reaksi alamiah dari alam karena telah dirusak manusia," pungkasnya (ak)