MINTA DONASI KE DUBES
Menurut sumber di Balai Kota, permintaan donasi sudah rilis 1 tahun lalun. Pesan WA ditutup dengan; "Kalo ga mau nyumbang, jangan cerewet-lah". Busyet dah. Laga ex-aktifis yang sudah dekat dengan Anies Baswedan langsung berubah. Garang...!!
Oleh : Zeng Wei Jian
Aktivis Tionghoa.
Pola LSM Bodrex: bawa proposal + minta sumbangan. Eh Pemda Jakarta ngikutin pattern serupa. Kirim proposal. Minta donasi ke duta besar negara asing. Yaelaaah...!!
Yang paraf Kepala Biro Kerja Sama DKI Andhika Permata. Pejabat Eselon II. Ngeriiikkk. Ngaprak minta kasur, kipas angin, sapu, sampai dispenser. Buat fasilitas isolasi Covid-19 di Rusun Nagrak Cilincing.
Menurut sumber di Balai Kota, permintaan donasi sudah rilis 1 tahun lalun. Pesan WA ditutup dengan; "Kalo ga mau nyumbang, jangan cerewet-lah". Busyet dah. Laga ex-aktifis yang sudah dekat dengan Anies Baswedan langsung berubah. Garang...!!
Sekertaris Komisi E DPRD DKI Jakarta Johnny Simanjunta nilai "Memalukan". Gubernur Anies Baswedan disalahin.
Ada puluhan ribu perusahaan di Jakarta. Para Konglomerat pun ada di sini. Pabrik obat, farmasi, importir alkes, dokter-dokter, pengusaha medis raup cuan di tengah pandemic. Meledak. Semakin tajir. Melintir. Dana CSR mereka semestinya bisa nutup kebutuhan Rusun Nagrak.
Aktifis Sugiyanto Emik a.k.a SGY mengecam manuver Pemda minta donasi. Kritiknya keras & tandas.
Ngga usah minta swasta. Apa lagi ngaprak ke Duta Besar. SGY minta DPRD stop kun-ker. Unfaedah di masa pandemic. Pake Alokasi budgetnya. Kembalikan Commitment Fee Formula E.
Paling ironiz; apabila benar manuver nyari donasi sudah rilis 1 tahun lalu. Ngga ada pengusaha yang mau nyumbang. Dana CSR dipake bikin Tugu Sepeda yang mirip Pancake Oatmeal dengan toping irisan pisang.
Nyatanya banyak Pengusaha Aniser yang dapet proyek pemda. Suplier beras bansos covid #1. Jait masker. Reklame. Reklamasi. Komisaris botak. Tukang meme creator. Banyak sekali. Satu pun ngga ada yang peduli. Seolah hanya ingin menghisap Cash cow Pemda. Cuci-tangan, lenyap, ngumpet, or belaga ngga ngerti saat Anies Baswedan dibully seantero nusantara.
Skenario Donasi Nagrak memperlihatkan sebuah isyarat politik. Middle-class, konglomerat, moderate dan nasionalist ngga support Anies Baswedan.
Gubernur Jakarta dan masyarakat ngga in-line. Ada jurang memisahkan keduanya. Gap yang lebar, gelap & dalam.
Anies Baswedan dipermalukan. Dibiarkan ngga bisa membereskan kipas angin & dispenser. Kelakuan Aniser yang rasis & gaya radicals ngga disukai publik.
Sekalipun ada usaha dari Anies Baswedan merangkul kelompok minoritas dengan pertemuan tokoh & seremonial seperti Christmas Carol & Kremasi Hindu. Tapi alas, komunikasi & memoradum of understanding belum ada. Jangan mengira everything is fine. Stigma "mayat & ayat" ngga bisa diapus dengan 1-2 agenda seremonial.
George Bernard Shaw mengatakan, "The single biggest problem in communication is the illusion that it has taken place.”
THE END