Jadi Isu Internasional : Dilema Pemecatan Gus Miftah, Benarkah Presiden Prabowo Hanya “Omon-Omon” Hormat pada Pedagang Kecil?

FOTO/INT/IST Presiden Prabowo Subianto bersama Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (Tangkapan layar dari akun X resmi Prabowo Subianto)

PUBLIK yang meminta agar Gus Miftah dicopot dari posisinya telah menempatkan Presiden Prabowo dalam dilema besar

Oleh : Sugiyanto (SGY)
Ketua Himpunan Masyarakat Nusantara (HASRAT)

Pada Kamis, 5 Desember 2024, dan Jumat, 6 Desember 2024, media sosial diramaikan dengan potongan video Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang turut mengomentari kasus Gus Miftah dan pedagang es teh bernama Sunhaji. Sebelumnya, pada Rabu, 4 Desember 2024, saya menulis artikel berjudul "Menanti Keberanian 'Macan Asia' Presiden Prabowo Memecat Gus Miftah?" Kini, isu ini telah menarik perhatian internasional, dengan sahabat Presiden Prabowo Subianto, PM Malaysia Anwar Ibrahim, ikut berkomentar terkait insiden ini.

Dalam acara silaturahmi dengan jajaran Kementerian Keuangan Malaysia pada Kamis, 5 Desember 2024, PM Anwar menyampaikan bahwa ia telah menyaksikan video viral dari Indonesia yang memperlihatkan seorang pendakwah yang diduga merendahkan pedagang kecil. "Di Indonesia, beberapa hari yang lalu sedang ramai di media sosial oleh seorang khatib yang sedang berdakwah, dia menghina seorang penjual teh. Saya melihat banyak orang yang menonton," ujar PM Anwar, seperti yang dimuat dalam Malaysia Gazette. 

Anwar juga menyinggung langkah Presiden Prabowo yang telah memberikan teguran keras kepada Gus Miftah, yang diikuti dengan permintaan maaf langsung oleh pendakwah tersebut kepada Sunhaji.

"Hingga Presiden (Indonesia) Prabowo memberikan pernyataan yang agak keras. Akhirnya khatib dan kiai mendatangi kawasan jajanan tersebut dan meminta maaf," lanjutnya. Ia menyebut insiden ini sebagai pelajaran penting bagi siapa pun, terutama mereka yang memiliki ilmu dan posisi tinggi, untuk menjaga akhlak dan tidak merendahkan rakyat kecil.

Kisah tersebut bermula pada Selasa, 3 Desember 2024, ketika potongan video Gus Miftah yang dianggap menghina pedagang es teh Sunhaji menjadi viral. Dalam sebuah pengajian di Magelang, Gus Miftah melontarkan candaan seperti, "Ya, sana jual gob**k," yang memicu kritik luas di media sosial.

Sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, tindakan Gus Miftah dianggap mencederai nilai-nilai pemerintah, khususnya dalam menghormati rakyat kecil. Meskipun Gus Miftah telah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka dan mendatangi Sunhaji untuk meminta maaf langsung, publik tetap mendesak agar Presiden Prabowo mengambil langkah tegas, termasuk mencopot Gus Miftah dari jabatannya.

Reaksi Presiden Prabowo dan Dilema Pemecatan

Presiden Prabowo Subianto, yang dikenal sebagai sosok yang menghormati rakyat kecil, diyakini telah memberikan teguran keras kepada Gus Miftah. Dalam berbagai pidatonya, Presiden Prabowo selalu menegaskan penghormatannya kepada kalangan kecil, seperti pedagang kaki lima, tukang ojek online, dan tukang bakso. Salah satu pidato terkenalnya berbunyi: “Saya sangat hormat kepada pedagang kaki lima, tukang ojol, dan tukang bakso. Mereka mulia, mereka jujur, mereka halal.”

Namun, desakan publik yang meminta agar Gus Miftah dicopot dari posisinya telah menempatkan Presiden Prabowo dalam dilema besar. Di satu sisi, mempertahankan Gus Miftah berisiko menimbulkan dugaan bahwa pernyataan Presiden hanya sekadar “Omon-Omon” (omong kosong) terkait penghormatannya kepada rakyat kecil. Di sisi lain, mencopot Gus Miftah dapat dianggap sebagai bentuk ketundukan terhadap tekanan publik, yang berpotensi menimbulkan persepsi negatif terhadap konsistensi kepemimpinannya.

Akan tetapi, dalam konteks tersebut, setidaknya terdapat 3 (tiga) alasan yang mendasari pentingnya keputusan tegas dari Presiden Prabowo. Pertama, menjaga wibawa pemerintah. Ucapan Gus Miftah yang viral telah mencoreng citra pemerintah, khususnya di mata rakyat kecil yang merasa terhina. Keputusan tegas akan memperlihatkan bahwa pemerintah tidak mentolerir perilaku pejabat yang bertindak semena-mena.

Kedua, menyelaraskan nilai pemimpin dengan kebijakan. Prabowo secara konsisten menunjukkan penghormatan terhadap rakyat kecil. Jika Gus Miftah tetap dibiarkan menjabat, hal ini dapat menimbulkan kesan bahwa pemerintah tidak serius dalam menegakkan nilai-nilai yang telah menjadi prinsip dasar kepemimpinan Prabowo. Ketiga, memberikan efek jera. Langkah tegas terhadap Gus Miftah akan menjadi peringatan bagi pejabat lain untuk selalu menjaga integritas dan etika dalam bertindak, baik di depan publik maupun dalam menjalankan tugas.

Kasus ini menjadi ujian besar bagi komitmen Presiden Prabowo terhadap prinsip-prinsip kepemimpinannya. Apakah ia akan menunjukkan ketegasan sebagai Macan Asia dengan mengambil langkah konkret, atau membiarkan isu ini berlalu dengan teguran semata?

Keputusan sepenuhnya berada di tangan Presiden Prabowo Subianto. Publik menanti tindakan nyata yang tidak hanya menjaga wibawa pemerintah tetapi juga membela martabat rakyat kecil.