NU Muhammadiyah Sepakat Tak Mau Dibawa-bawa untuk Kemenangan Capres

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (ketiga kiri) berjabat tangan dengan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf (Ketiga Kanan) di Kantor Pusat PBNU,

Jakarta, Dekannews -  Pilpres 2024 sudah di depan mata. Sejumlah langkah pencegahan dilakukan untuk meredam terjadinya polarisasi selama pemilihan pemimpin lima tahun sekali itu.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) Yahya Cholil Staquf atau biasa disapa Gus Yahya mengingatkan para bakal capres dan cawapres tidak menggunakan politik identitas di Pilpres 2024.

Termasuk, kata Gus Yahya, menggunakan identitas NU untuk mendongkrak elektabilitas.

"Kita tidak mau ada politik berdasarkan identitas Islam, bahkan kita tidak mau ada politik berdasarkan identitas NU. Jadi kami tidak mau ada kompetitor pilih orang NU,” ujar Gus Yahya diamini Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (25/4).

Gus Yahya mengungkapkan, dalam pandangan PBNU, politik identitas adalah politik yang hanya menyandarkan penggalangan dukungan berdasarkan identitas primordial saja.

Menurut dia, politik identitas membuat pasangan capres-cawapres hanya menggunakan identitas primordial untuk memenangi kontestasi, tanpa menawarkan program-program rasional dan hal-hal lebih visioner.

"Kami memandang politik identitas ini berbahaya bagi masyarakat secara keseluruhan karena itu akan mendorong perpecahan di masyarakat," tandas Gus Yahya.

Mantan anggota Watimpres ini mengingatkan agar umat dan agama diseret dalam pesta demokrasi.

Menurut dia, para pasangan capres-cawapres perlu mengedepankan program dan agenda dalam kompetisi Pilpres 2024.

“Kalau mau bertarung harus dengan tawaran rasional, ini yang kami harapkan. Saya sering katakan bahwa kita tidak mau ada politik berdasarkan identitas Islam,” pungkas Gus Yahya.

Sementara itu, Haedar juga berbicara terkait hal ini. Baginya, politik identitas berbahaya karena berujung polarisasi.

"Karena menyandarkan, maka sering terjadi politisasi sentimen atas nama agama, ras, suku, golongan yang akhirnya membawa ke arah polarisasi," tutur Haedar.

Jelang Pilpres 2024, baik NU atau Muhammadiyah biasanya didekati oleh calon-calon. Sebab, basis massa keduanya besar.

Saat ini, ada tiga bakal capres yang dikabarkan bersiap untuk maju. Yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. RED