Kritik Ketua Pemuda Perindo ke PSSI : Jangan Cuma Angkat Trofi Paling Depan, Tapi Harus Ksatria Juga Ketika Ada Masalah Besar

Ketua Pemuda DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Effendi Syahputra. (Ist)

Jakarta, Dekannews - Ketua Pemuda DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Effendi Syahputra menilai Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan merupakan salah satu orang yang paling bertanggung jawab atas tragedi di Kanjuruhan.

Effendi menyebutkan, sebagai ketua umum ia harus paling depan ketika terjadi permasalahan terkait sepakbola di Indonesia mengingat PSSI adalah induk federasi olahraga yang paling diminati masyarakat tanah air.

Menurutnya, selama ini Iwan Bule -sapaan akrab Ketum PSSI- sering kali tampil paling depan ketika prestasi sepakbola tanah air sedang dalam tren positif. Namun, setelah adanya tragedi Kanjuruhan, Iwan Bule terkesan menghilang.

"Jangan cuman ngangkat trofi aja paling depan, tapi ketika ngangkat keranda (ada permasalahan di sepakbola) balik kanan," kata Effendi kepada wartawan, Selasa (4/10/2022).

Effendi melanjutkan, dengan adanya tragedi Kanjuruhan seharusnya Iwan Bule mundur dari jabatannya karena ia anggap gagal dalam mengurus liga hingga menyebabkan ratusan orang kehilangan nyawa.

"Teman-teman pimpinan di PSSI ya harus bertanggung jawab, salah satunya dengan ksatria mundur, bukan soal salah atau tidaknya, ikut terlibat langsung dalam pertandingan, tapi ini masalah etika, itu kejadian-kejadian di luar banyak ketua-ketua umum federasi mundur karena permasalahan sepele, ini permasalahan jiwa ratusan nyawa melayang," paparnya.

Sebagaimana diketahui, kerusuhan pecah setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya. Pertandingan dimenangkan tim tamu Persebaya dengan skor 2 - 3. Para suporter merangsek masuk ke lapangan dan menyerbu pemain.

Tak hanya para pemain Persebaya, pemain Arema FC juga diserang oleh sekitar tiga ribuan Aremania, sesuai pernyataan Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta. Polisi juga diserang hingga mengakibatkan 2 petugas meninggal dunia. Selanjutnya 10 mobil dinas polisi dinyatakan rusak dan tiga mobil pribadi dirusak massa.

Akibat kejadian Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut ada sebanyak 125 orang meninggal dunia, pada Minggu (2/10/2022). Tak hanya itu ada ratusan korban luka yang menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Kabupaten Malang dan Kota Malang.

Para korban mayoritas berdesakan meninggalkan stadion karena semprotan gas air mata polisi ke arah tribun penonton. Akibat para penonton mengalami sesak napas dan terjadi penumpukan hingga insiden terinjak-injak di pintu keluar stadion. (Zat)