Catatan Kritis Atas Pidato Sempurna Prabowo Subianto pada HUT ke 17 Partai Gerindra

Sugiyanto (SGY)-Emik

SEHARUSNYA Presiden Prabowo Subianto tidak perlu secara eksplisit menyatakan bahwa keberhasilannya menjadi Presiden terpilih karena dukungan mantan Presiden Jokowi

Oleh : Sugiyanto (SGY)
Ketua Himpunan Masyarakat Nusantara (HASRAT)

Pada hari Minggu, 16 Februari 2025, saya menulis artikel berjudul “Pidato Sempurna Prabowo Subianto pada HUT ke-17 Partai Gerindra: Visi Besar untuk Indonesia Hebat.” Artikel tersebut menggambarkan secara keseluruhan isi dari pidato politik Ketua Umum Gerindra yang juga Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang saya anggap sempurna.

Untuk menulis artikel tersebut, saya membutuhkan waktu hampir tiga kali mendengarkan ulang pidato politik Prabowo Subianto. Berdasarkan hasil analisis saya, pidato politik tersebut memiliki banyak bagian penting yang luar biasa dan menakjubkan. Oleh karena itu, saya menuliskan artikel tersebut pada Minggu, 16 Februari 2025.

Namun demikian, saya juga harus jujur menyampaikan bahwa terdapat sedikit kekurangan dalam penyampaian pidato tersebut. Ada dua catatan kritis yang ingin saya sampaikan.

Catatan pertama adalah terkait ucapan Prabowo Subianto yang secara gamblang menyatakan bahwa keberhasilannya menjadi Presiden terpilih karena didukung oleh mantan Presiden Jokowi. Menurut saya, pernyataan ini kurang tepat disampaikan secara terbuka dalam acara HUT ke-17 Partai Gerindra.

Dalam proses kampanye pemilihan presiden pada 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, masa tenang pada 11-13 Februari 2024, serta hari pemilihan pada 14 Februari 2024, tidak ada pernyataan resmi dari Presiden Joko Widodo yang menyatakan dukungannya terhadap pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Memang sempat terjadi perdebatan ketika Presiden Jokowi menyatakan bahwa dirinya sebagai presiden boleh berkampanye. Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran pun menanggapi hal tersebut. Wakil Ketua TKN, Meutya Hafid, menyatakan bahwa semua pejabat publik memiliki hak yang sama untuk berkampanye sesuai dengan undang-undang. 

Namun pada kenyataannya, Presiden Jokowi tidak pernah mengambil cuti untuk kampanye atau mengeluarkan pernyataan resmi mendukung Prabowo dan Gibran. Meskipun demikian, publik tetap beranggapan bahwa Presiden Jokowi mendukung pasangan tersebut.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, saya berpendapat bahwa seharusnya Presiden Prabowo Subianto tidak perlu secara eksplisit menyatakan bahwa keberhasilannya menjadi Presiden terpilih karena dukungan mantan Presiden Jokowi. Tanpa pernyataan tersebut pun, publik telah menduga adanya dukungan dari Jokowi. Ucapan tersebut justru dapat memicu pertanyaan publik mengenai netralitas Jokowi dalam Pemilu 2024. 

Namun demikian, saya yakin bahwa rakyat telah melupakan polemik Pilpres 2024 dan kini menaruh harapan pada perubahan serta peningkatan kesejahteraan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Sesuai dengan pernyataan Presiden Prabowo, rakyat menantikan hasil nyata dari pemerintahannya.

Catatan kritis kedua saya adalah mengenai penggunaan kata "Ndasmu" dalam pidato politiknya. Meskipun diucapkan dengan nada pelan, kata tersebut tetap terdengar jelas. Dalam hal ini, saya tidak ingin menguraikan secara detail pro dan kontra terkait kata "Ndasmu". Tujuan saya adalah mencari solusi yang tepat, bukan sekadar membahas sisi negatifnya.

Sebagai pendukung Presiden Prabowo dalam Pilpres 2019 dan 2024, saya mengusulkan agar beliau tidak lagi menggunakan kata "Ndasmu" dalam acara apa pun. Hal ini karena, sebagai Presiden RI, Prabowo Subianto kini adalah pemimpin bagi seluruh rakyat Indonesia dan memiliki tanggung jawab untuk mengayomi serta melindungi semua warga tanpa kecuali.