ASN Jakarta Utara Bakal Kenalkan Seragam Karya Batik Marunda dan Batik Koja

Batik Jakarta Utara

Jakarta, Dekannews – Batik Marunda dan Batik Koja secara resmi diperkenalkan sebagai seragam baru bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Administrasi Jakarta Utara, Kamis (18/8). Penggunaan kedua jenis batik karya warga Jakarta Utara dianggap visioner sebagai upaya kelanjutan penghidupan keluarga.

Ketua Dekranasda Provinsi DKI Jakarta, Fery Farhati mengapresiasi penggunaan Batik Marunda dan Batik Koja sebagai seragam ASN Kota Administrasi Jakarta Utara. Hal itu dianggap visioner karena dapat menghidupi banyak keluarga dari hasil karya pengrajin batik.

“Insyallah yang kita kerjakan ini visioner, bukan sekedar hari ini belanja batik, tapi kita mikirnya dari selembar kain yang dibeli dapat menghidupi banyak keluarga. Insyallah membawa keberkahan,” kata Fery saat ditemui usai Peresmian Ruang Ketiga Kantor Walikota Administrasi Jakarta Utara, Kamis (18/8).

Tak hanya itu, dijelaskannya seragam baru ASN Kota Administrasi Jakarta Utara ini sebagai upaya memperkenalkan karya Batik Marunda dan Koja kepada generasi muda penerus bangsa. 

Generasi muda tersebut akan termotivasi mempelajari cara membatik sehingga karya lokal yang telah mendunia akan terus memiliki regenerasi pengrajin.

“Seperti halnya pengrajin ukiran di Maroko yang sempat khawatir tidak ada penerus. Hingga akhirnya dibangun sebuah masjid megah yang menyediakan tempat penjualan hasil karya sehingga pengrajin-pengrajin pun semakin tumbuh. Anak-anak muda pun ikut belajar dan pengrajin ada penerusnya,” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Walikota Kota Administrasi Jakarta Utara, Juaini menyebut seragam batik baru ini sekaligus sebagai media promosi kearifan lokal dan destinasi wisata Jakarta Utara. Hal itu dikarenakan kedua jenis batik tersebut turut menyertakan sejumlah motif destinasi wisata seperti Rumah Si Pitung, Jakarta Internasional Stadium (JIS), Pelabuhan di Jakarta Utara, Hutan Bakau, hingga ikon Kota Jakarta Utara, Pohon Nyamplung dan Burung Raja Udang.

“Masyarakat bisa paham apa saja destinasi wisata dan kearifan-kearifan lokal yang tergambar di kedua batik itu sehingga bisa ikut menjaga dan melestarikannya. Soal penggunaannya masih kita atur karena kita juga menggunakan Batik Gobang di setiap hari Kamis pada minggu pertama setiap bulannya,” tutup Juaini. IMAS